Dalam menyiapkan perjalanan ke alam baka, Raja Tut dilimpahi benda-benda berkilauan yang kesemuanya terbuat dari emas murni.
Topeng emas Raja Tut (Thinkstockphoto)
Mumi Raja Tutankhamun atau dikenal dengan Raja
Tut merupakan mumi paling terkenal di dunia. Misteri mumi yang konon terkubur
bersama dengan kemilau emas dan barang berharga lainnya terus mengundang
perhatian arkeolog untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Raja Tut merupakan ayah atau kakek Tut,
tergantung bagaimana Anda membaca bukti sejarah ini karena belum ada
kesepakatan di antara sumber-sumber yang tersedia – adalah firaun paling kuasa
yang memerintah selama hampir empat dekade pada puncak zaman keemasan dinasti
ke-18.
Demi memecahkan misteri, arkeolog membongkar
makam Raja Tut. Nantinya akan dilakukan penelititan CT Scan terhadap mumi ini.
Berbagai usaha dikerahkan demi melihat kondisi mumi dari jasad yang meninggal
dunia lebih dari 3.300 tahun silam.
Makam Raja Tut terletak di pekuburan Mesir
kuno atau dikenal sebagai Lembah Para Raja tak pernah sepi pengunjung. Untuk
melakukan penggalian tim harus menutup komplek pemakaman. Tim ahli dari Mesir
berteriak memberikan semangat para penggali yang menggunakan sorban dan jubah
panjang.
Dengan tali peti mati Raja Tut diangkat keluar
dari sarkofagus. Kemudian dengan perlahan peti kayu dibuka. Di dalamnya peti,
berbalut katun dan kain tipis yang menguning termakan waktu - terbujur jenazah
Raja Tutankhamun.
Seraut wajah tenang dengan bekas luka di pipi
kiri, dada bidang berukuran lebih besar dibandingkan manusia yang hidup pada
masa kini, rangka lengan dan kaki, yang semuanya dihitamkan dengan damar
(resin) - yang dituangkan selama ritual pemakamannya. “Kondisi mumi ini sangat
buruk lantaran perbuatan Carter pada 1920-an,” kata Zahi Hawass, sekretaris
jendral Supreme Council of Antiquities Mesir.
Lembah Para Raja. (Thinkstockphoto)
Howard Carter, adalah arkeolog Inggris yang
menemukan makam Raja Tut pada tahun
1922. Konon, mumi Raja Tut terkubur bersama barang-barang berharga sehingga
membuat siapapun tergugah untuk menemukannya.
Hawass mengungkapkan bahwa Carter merampok isi
peti Raja Tut, namun secara mengejutkan isi peti tersebut masih utuh.
Berbagai artefak emas yang memesonakan,
kemilau abadinya seolah membangkitkan semangat pada saat penemuan. Dalam
menyiapkan perjalanan ke alam baka, Raja Tut dilimpahi benda-benda berkilauan:
kerah baju berharga, kalung dan gelang berukir, cincin, jimat, celemek
seremonial, sandal, sarung tangan dan kaki, serta bagian dalam peti mati dan
topeng yang kini menjadi ikon Tut yang kesemuanya terbuat dari emas murni.
Untuk memisahkan Raja Tut dari aneka perhiasan
emas tersebut, orang-orang Carter melepas kepala mumi dan memotong hampir
setiap sendi utama sehingga menimbulkan kerusakan pada mumi. Begitu selesai,
mereka menyambung kembali jasad dengan mengisi lapisan pasir dalam peti kayu
untuk menyembunyikan kerusakan.
Raju Tut juga dikubur dengan benda-benda lain
seperti papan permainan, pisau cukur perunggu, kain linen bahan pakaian,
peti-peti makanan, dan anggur, kesemua benda tersebut dipercaya merupakan
kebutuhan sehari-hari setelah kematian.
Pada 1968 - lebih dari 40 tahun setelah
penemuan Carter - seorang profesor anatomi memotret mumi dengan sinar X dan
terungkap fakta mengejutkan: Di bawah damar yang melekat di dadanya, tulang
dada dan rusuk depannya hilang.
Dewasa ini gambaran diagnostik dapat dilakukan
dengan computed tomography (CT scan), yang mana ratusan hasil sinar X dalam
potongan silang tampak seperti lembaran-lembaran roti yang membentuk tubuh
virtual tiga dimensi. Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjawab
pertanyaan penyebab kematian Raja Tut
dan di usia berapa Ia meninggal dunia. (nationalgeographic)