Bukti bahwa Mars bisa mendukung kehidupan ditemukan oleh kendaraan
penjelajah Mars Opportunity. Bukti tersebut ditemukan lewat hasil analisis batu
Mars yang dinamai esperance.
Esperance ditemukan di wilayah Mars yang disebut Cape York, suatu
tempat di sebuah kawah raksasa Endeavour. Batu tersebut ditemukan dalam
penjelajahan selama sembilan hari Opportunity di kawah Endeavour.
Baru-baru ini, ilmuwan melakukan analisis pada batu tersebut. Analisis
menunjukkan, esperance unik dibandingkan batu Mars yang lain. Batu ini lebih
kaya aluminum dan silika dan lebih sedikit besi serta kalsium. Batu ini juga
dialiri dan dilapukkan oleh air.
"Apa yang sangat spesial dari esperance adalah adanya air yang
mengalir dalam jumlah cukup, tidak hanya untuk mendukung reaksi menghasilkan
mineral, tetapi juga melepaskan ion yang dihasilkan reaksi itu," ungkap
Scott McLemman dari State University of New York.
Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa Mars pernah menjadi
lingkungan basah di masa lampau karena memiliki air serta mengandung mineral
yang dibutuhkan makhluk hidup. Keberadaan air dan mineral menjadi bukti bahwa
Mars bisa mendukung kehidupan.
"Air yang mengalir lewat retakan batuan akan menyediakan
lingkungan yang lebih mendukung kehidupan dibandingkan lingkungan basah lain di
Mars yang pernah dilihat Opportunity," kata Steve Suyres dari Cornell
University seperti dikutip Space, Kamis (23/5/2013).
Opportunity adalah kendaraan penjelajah beroda 6 yang telah mendarat
di Mars sejak 25 Januari 2004. Setelah melakukan penjelajahan di Cape York,
Opportunity akan melakukan perjalanan wilayah yang disebut Solander Point,
daerah di tepi kawah Endeavour.
Pada 15 Mei 2013 lalu, NASA mengumumkan bahwa Opportunity memecahkan
rekor perjalanan terjauh di permukaan benda langit selain Bumi, sejauh 35,76
kilometer. Rekor sebelumnya dipegang oleh misi Apollo 17 yang melakukan
perjalanan di Bulan sepanjang 35,74 kilometer.
KOMPAS.com — Ilmuwan baru saja menemukan kerikil di Planet Mars yang
bisa menjadi bukti bahwa air pernah mengalir di planet itu, mendukung teori
bahwa Mars pernah mampu mendukung kehidupan.
Penemuan batu kerikil berbentuk bulat oleh tim miosi Curiosity,
kendaraan beroda enam yang menjalankan misi di Mars sejak Agustus 2012 itu,
dipublikasikan di jurnal Science yang terbit pada Kamis (30/5/2013). Menurut
peneliti, kerikil bulat seperti yang ditemukan hanya bisa terbentuk bila
terbawa oleh air dalam jarak jauh.
Struktur batu di Mars berbentuk bulat, diduga dikirim oleh air lewat sebuah ngarai. | Malin Space Science System. Penemuan ini adalah bukti pertama bahwa air pernah mengalir di Mars.
Dawn Summer, geolog di University of California, Davis, mengungkapkan
bahwa penemuan ini dimungkinkan karena pemilihan lokasi pendaratan yang tepat
bagi misi Curiosity. Pada 6 Agustus 2012 lalu, Curiosity mendarat di sebuah
wilayah Mars bernama Kawah Gale.
Summer seperti dikutip Daily Mail, Kamis, mengatakan, "Alasan
utama kami memilih Kawah Gale sebagai tempat pendaratan adalah untuk meneliti
lapisan batuan yang ada di kaki Gunung Sharp (gunung yang menjulang 5 km dari
kawah Gale), sekitar lima mil jauhnya."
"Kami tahu ada struktur tanah berbentuk kipas di lokasi
pendaratan, deposit sedimen berbentuk kerucut, yang pasti membutuhkan air dalam
pembentukannya," imbuh Summer.
Laporan tim ilmuwan dalam publikasi penelitian menyatakan bahwa jika
air memang pernah mengalir sejauh beberapa kilometer saat itu, kondisi Mars
saat kerikil itu terdepositkan sangat berbeda dengan lingkungan Mars yang
dingin dan kering saat ini.
Publikasi penelitian menyatakan, "Deposit fluvial purba ini juga
mengindikasikan adanya aliran air di lanskap Mars, temuan yang meningkatkan
prospek adanya lingkungan yang mendukung kehidupan di Mars masa lalu."
Penelitian lebih lanjut diperlukan. Publikasi lain dalam jurnal ilmiah
Science pada edisi yang sama menyatakan, masih diperlukan studi tentang radiasi
di Mars jika nantinya ada astronot yang akan meneliti secara langsung geografi
Mars.
Hasil pengukuran instrumen Radiation Assesment Detector (RAD) yang
terpasang di Curiosity selama 253 hari perjalanan dan misi di Mars, seperti
dikatakan Cary Zeitlin dari Southwest Research Institute di Boulder, Colorado,
menyatakan bahwa astronot akan terpapar radiasi dalam dosis tinggi bila
menjalankan misi di Mars, lebih tinggi dari dosis yang diterima seumur hidup.
"Secara akumulasi, jumlah radiasi yang diterima seperti menerima
CT Scan di seluruh bagian tubuh setiap lima atau enam hari. Memahami lingkungan
radiasi dalam pesawat antariksa yang membawa manusia ke Mars atau tujuan lain
sangat penting untuk merencanakan perjalanan misi berawak pada masa
depan," ungkap Zeitlin.
"Berdasarkan pengukuran RAD, kecuali bila sistem propulsi bisa
dikembangkan secara cepat, paparan radiasi paling besar diterima saat
keberangkatan dari Bumi dan pulangnya, ketika pesawat dan awaknya terpapar
radiasi dari ruang antarplanet, hanya dilindungi oleh pelindung radiasi yang
ada di pesawat saja," tambahnya.
Penelitian radiasi yang akan diterima di permukaan Mars diperlukan
untuk mendukung misi selama 500-600 hari di planet merah itu.
(kompas)