Tim arkeolog menemukan kota tua yang hilang di sebuah gunung di
Kamboja, Phnom Kulen. Kota itu diperkirakan berusia 1.200 tahun, 350 tahun
lebih tua dari Angkor Wat atau lebih kurang seusia dengan Borobudur, dan
terletak hanya 40 kilometer dari kuil agung tersebut.
Kota itu bernama Mahendraparvata, kota pertama di Kerajaan Angkor pada
tahun 802 Masehi. Tim arkeolog sendiri menemukan kota tua yang hilang itu
dengan bantuan teknologi Lidar.
Damian Evans, Direktur Pusat Penelitian Arkeologi University of
Sydney, mengatakan bahwa "momen eureka" penemuan kota tua yang hilang
itu adalah saat gambaran kota tua tampak di layar komputer yang memuat citra
pengamatan teknologi Lidar.
"Dengan instrumen ini, bang! tiba-tiba kita melihat gambaran
keseluruhan kota yang tak seorang pun tahu bahwa sebelumnya pernah ada, dan
tentu saja mengagumkan," ungkap Evans seperti dikutip Sydney Morning
Herald, Jumat (15/6/2013).
Menyadari keberadaan kota tersebut, tim arkeolog pun lantas langsung
pergi ke lokasi, melewati hutan dengan medan cukup sulit dan penuh ranjau.
Mereka dibantu oleh Heng Heap, mantan pasukan Khmer yang kehilangan satu kaki,
serta menggunakan GPS.
Tim arkeolog menemukan bagian berupa kanal dan jalan. Mereka juga
menemukan dua kuil yang belum terjamah. Selain itu, ditemukan pula gua dengan
hiasan lukisan gua yang digunakan oleh pertapa di masa Angkor.
Teknologi Lidar pun mengungkap beberapa gundukan setinggi beberapa
meter di kota terpendam itu. Arkeolog berteori, gundukan yang tersebar di kota
itu mungkin saja sebuah makam.
Phnom Kulen, gunung tempat kota ini berada, telah menjadi tempat
ziarah sejak lama, digunakan untuk menjalankan ritual keagamaan dan mandi.
Wilayah ini sudah dihuni sejak masa Kerajaan Angkor.
Dengan teknologi Lidar, arkeolog mengungkap bahwa Mahendraparvata
dibangun sebelum Angkor Wat, sebelum Raja Jayavarman II turun dari gunung dan
membangun kota di dekat wilayah Angkor Wat sekarang.
"Inilah tempat semuanya dimulai, membantu membangun peradaban
Angkor yang selalu diasosiasikan dengan Angkor Wat," kata Evans. Peradaban
Angkor merupakan pra-era industri dengan densitas populasi rendah terbesar di
muka Bumi.
Menurut ilmuwan China, Zhou Daguan, yang meneliti kehidupan di wilayah
tersebut tahun 1294-1307, di peradaban Angkor, orang-orangnya telanjang hingga
pinggang dan membalut bagian sisanya hanya dengan selembar kain.
Penemuan kota yang terpendam ini menunjukkan keampuhan teknologi Lidar
(Light and Radar). Teknologi ini dikembangkan tahun 1960, dan kali pertama
digunakan untuk mengukur awan pada National Center for Atmospheric Research di
Amerika Serikat.
Untuk menemukan kota tua yang hilang ini, perangkat teknologi Lidar
menembakkan laser untuk mengetahui apa yang ada di bawah lapisan tanah.
Teknologi ini mencitrakan obyek dengan sinar tampak, UV, dan inframerah.
Lidar telah dipakai untuk menemukan banyak situs arkeologi yang
terpendam, termasuk persawahan dan jalan pada peradaban Mata di Caracol,
Amerika Tengah. Lidar juga digunakan untuk meneliti Stonehenge di Eropa. (kompas)
Kota terpendam di Kamboja yang terunkap dengan Teknologi Lidar